Rabu, 08 Desember 2010

PEMERIKSAAN HATI LIMPA DAN GINJAL

Soal !
1. Bagaimanakah caranya menentukan tanda peradangan peritoneum pada abdomen?
2. Bagaimanakah caranya pemeriksaan fisik pada organ khusus berikut:
Jawaban !

1. CARA MENENTUKAN TANDA PERADANGAN PERITONEUM!
TANDA PERADANGAN PERITONEUM.
a) Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis karena Muntah dapat terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.
b) Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting.
c) Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi.
d) Takikardia, yang disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen.

CARA MENENTUKAN PERADANGAN PERITONEUM.
Pada pemeriksaan fisik.
a) Perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen.
b) Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
I. Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan.
II. Inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended.
III. Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di abdomen.
IV. Auskultasi, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuk pasien.
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik).
V. Palpasi, Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif.
Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri.
VI. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.
VII. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
VIII. Perkusi, Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.





Gambar 01. Pemeriksaan Organ Peritoneum








2. PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN ABDOMEN
a) Hati (Liver)
PALPASI HATI
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah atas.
4. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
5. Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
6. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen mengempis.

Gambar 02. Pemeriksaan Organ Hati
PERKUSI HATI
Perkusi batas tumpul hepar pada garis midklavikular (GMK).
Bats normal 4-8 cm pada garis midsternal dan 6-12 cm pada garis midklavikular kanan, apabila ada terjadi pelebaran dari jumlah batas normal tersebut maka adanya keabnormalan pada liver atau yang biasa disebut dengan Hepatomegali.
Palpasi tepi hepar, jika memungkinkan, dengan menyuruh pasien menarik nafas supaya lebih teraba karena rongga perut lebih sempit karena adanya inspirasi tersebut.
Ukur jaraknya dari margin kostal pada GMK (Garis Midklavikular), apabila ada pelebaran garis dari normal maka terjadinya pembesaran liver atau yang biasa disebut dengan Hepatomegali.
Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa jika ada terasa saat palpasi.

b) Limpa/Lien (Splen)
PALPASI LIMPA
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri pemeriksa di bawah pinggang kiri pasien dan tekanlah keatas
4. Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari ektensi diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal.
5. Tekanlah ujung jari kearah limpa kemudian minta pasien untuk menarik napas dalam.
6. Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah kearah tangan pemeriksa
7. Apabila dalam posisi terlentang tidak bisa diraba, maka posisi pasien berbaring miring kekanan dengan kedua tungkai bawah difleksikan.
8. Pada keadaan tertentu diperlukan Schuffner test

Gambar 03. Pemeriksaan Organ Limpa
Perkusi sepanjang bawah dada anterior, perhatikan perubahan dari timpani menjadi pekak.
Periksa adanya tanda perkusi splenikus.
Palpasi pasien mencoba dengan posisi tidur terlentang, berbaring miring kekanan dengan posisi tungkai fleksi pada pinggang dan lutut.

c) Ginjal (Renal)
1. Atus Posisi pasien dengan tidur terlentang
2. Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
3. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan).
4. Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga).
5. Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
6. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan.
7. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang teraba).
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri).
3. Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.



Gambar 4. Pemeriksaan Organ Ginjal
d) Pada Ascites.
PEMERIKSAAN ASCITES
1. Atus Posisi pasien dengan tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Prosedur ini memerlukan tiga tangan
4. Minta pasien atau asisten untuk menekan perut pasien dengan sisi ulnar tangan dan lengan atas tepat disepanjang garis tengah dengan arah vertikal.
5. Letakkan tangan pemeriksa dikedua sisi abdomen dan ketuklah dengan tajam salah satu sisi dengan ujung- ujung jari pemeriksa .
6. Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah);
7. Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri).
8. Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan cairan asites.
9. Rasakan impuls/ getaran gelombang cairan dengan ujung jari tangan yang satunya atau bisa juga menggunakan sisi ulnar dari tangan untuk merasakan getaran gelombang cairan.




Gambar 5. Pasien pada Ascites

Selasa, 07 Desember 2010

PEMERIKSAAN ORGAN ABDOMEN

Soal !
1. Bagaimanakah caranya menentukan tanda peradangan peritoneum pada abdomen?
2. Bagaimanakah caranya pemeriksaan fisik pada organ khusus berikut:
Jawaban !

1. CARA MENENTUKAN TANDA PERADANGAN PERITONEUM!
TANDA PERADANGAN PERITONEUM.
a) Mual dan muntah biasanya sering muncul pada pasien dengan peritonitis karena Muntah dapat terjadi karena gesekan organ patologi atau iritasi peritoneal sekunder.
b) Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting.
c) Demam dengan temperatur >380C biasanya terjadi.
d) Takikardia, yang disebabkan karena dilepaskannya mediator inflamasi dan hipovolemia intravaskuler yang disebabkan karena mual damuntah, demam, kehilangan cairan yang banyak dari rongga abdomen.

CARA MENENTUKAN PERADANGAN PERITONEUM.
Pada pemeriksaan fisik.
a) Perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan abdomen.
b) Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
I. Pada pemeriksaan abdomen, pemeriksaan yang dilakukan akan sangat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, namun pemeriksaan abdomen ini harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang akan dilakukan.
II. Inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended.
III. Minta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di abdomen.
IV. Auskultasi, auskultasi dimulai dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuk pasien.
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuh/tidak bergerak (ileus paralitik).
V. Palpasi, Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif. Bagian anterir dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif.
Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. Hal ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri.
VI. Nyeri tekan dan defans muskular (rigidity) menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale (nyeri somatik). Defans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan.
VII. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
VIII. Perkusi, Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.





Gambar 01. Pemeriksaan Organ Peritoneum








2. PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN ABDOMEN
a) Hati (Liver)
PALPASI HATI
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah atas.
4. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
5. Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
6. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen mengempis.

Gambar 02. Pemeriksaan Organ Hati
PERKUSI HATI
Perkusi batas tumpul hepar pada garis midklavikular (GMK).
Bats normal 4-8 cm pada garis midsternal dan 6-12 cm pada garis midklavikular kanan, apabila ada terjadi pelebaran dari jumlah batas normal tersebut maka adanya keabnormalan pada liver atau yang biasa disebut dengan Hepatomegali.
Palpasi tepi hepar, jika memungkinkan, dengan menyuruh pasien menarik nafas supaya lebih teraba karena rongga perut lebih sempit karena adanya inspirasi tersebut.
Ukur jaraknya dari margin kostal pada GMK (Garis Midklavikular), apabila ada pelebaran garis dari normal maka terjadinya pembesaran liver atau yang biasa disebut dengan Hepatomegali.
Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa jika ada terasa saat palpasi.

b) Limpa/Lien (Splen)
PALPASI LIMPA
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Letakkan secara menyilang telapak tangan kiri pemeriksa di bawah pinggang kiri pasien dan tekanlah keatas
4. Letakkan telapak tangan kanan dengan jari-jari ektensi diatas abdomen dibawah tepi kiri kostal.
5. Tekanlah ujung jari kearah limpa kemudian minta pasien untuk menarik napas dalam.
6. Palpasilah tepi limpa saat limpa bergerak ke bawah kearah tangan pemeriksa
7. Apabila dalam posisi terlentang tidak bisa diraba, maka posisi pasien berbaring miring kekanan dengan kedua tungkai bawah difleksikan.
8. Pada keadaan tertentu diperlukan Schuffner test

Gambar 03. Pemeriksaan Organ Limpa
Perkusi sepanjang bawah dada anterior, perhatikan perubahan dari timpani menjadi pekak.
Periksa adanya tanda perkusi splenikus.
Palpasi pasien mencoba dengan posisi tidur terlentang, berbaring miring kekanan dengan posisi tungkai fleksi pada pinggang dan lutut.

c) Ginjal (Renal)
1. Atus Posisi pasien dengan tidur terlentang
2. Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien.
3. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan).
4. Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga).
5. Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.
6. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan.
7. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang teraba).
Untuk pemeriksaan Perkusi ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita.
1. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan).
2. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri).
3. Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.



Gambar 4. Pemeriksaan Organ Ginjal
d) Pada Ascites.
PEMERIKSAAN ASCITES
1. Atus Posisi pasien dengan tidur terlentang
2. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3. Prosedur ini memerlukan tiga tangan
4. Minta pasien atau asisten untuk menekan perut pasien dengan sisi ulnar tangan dan lengan atas tepat disepanjang garis tengah dengan arah vertikal.
5. Letakkan tangan pemeriksa dikedua sisi abdomen dan ketuklah dengan tajam salah satu sisi dengan ujung- ujung jari pemeriksa .
6. Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah);
7. Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri).
8. Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan cairan asites.
9. Rasakan impuls/ getaran gelombang cairan dengan ujung jari tangan yang satunya atau bisa juga menggunakan sisi ulnar dari tangan untuk merasakan getaran gelombang cairan.




Gambar 5. Pasien pada Ascites